Desa Walandi adalah salah satu desa bersejarah di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Diperkirakan desa ini telah ada sejak masa Kerajaan Singosari pada abad ke-13. Nama “Walandi” dipercaya memiliki arti “penjaga” atau “pelindung,” yang mencerminkan peran desa ini dalam menjaga tradisi dan kebudayaan setempat. Desa ini menjadi bagian penting dari peradaban Hindu-Buddha di Jawa Timur dan merupakan saksi bisu perkembangan budaya dan spiritual pada masa itu.
Selama masa kejayaan Kerajaan Singosari, Desa Walandi menjadi salah satu pusat kegiatan masyarakat yang terkait dengan keagamaan dan kehidupan sosial. Hubungannya dengan situs-situs seperti Candi Singosari menunjukkan bahwa desa ini memiliki peran penting dalam konteks sejarah dan spiritual kerajaan.
Seiring berjalannya waktu, Desa Walandi berkembang menjadi desa yang tetap mempertahankan kearifan lokal dan tradisi leluhur. Masyarakat desa ini hingga kini masih menjalankan adat-istiadat yang diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikannya sebagai salah satu penjaga kebudayaan tradisional di Jawa Timur.
Jelajahi desa untuk melihat rumah-rumah tradisional dan bangunan dengan arsitektur khas Jawa. Perhatikan detail pada ukiran kayu dan tata ruang rumah-rumah ini.
Jika berkesempatan, ikuti atau saksikan upacara adat yang diadakan oleh masyarakat desa. Ini adalah kesempatan untuk belajar tentang ritual dan kepercayaan yang masih hidup di Desa Walandi.
Desa Walandi terkenal dengan arsitektur tradisional Jawa yang masih dipertahankan hingga kini. Rumah-rumah di desa ini, seperti rumah joglo dan limasan, memiliki ciri khas atap tinggi dan bertingkat yang terbuat dari kayu jati dan bambu. Rumah joglo biasanya digunakan untuk rumah para tokoh masyarakat atau tempat pertemuan adat, sedangkan limasan adalah rumah hunian masyarakat umum.
Tata ruang Desa Walandi mencerminkan kearifan lokal dalam menata lingkungan hidup. Di tengah desa biasanya terdapat alun-alun atau balai desa yang menjadi pusat kegiatan masyarakat. Di sekelilingnya, rumah-rumah penduduk tertata dengan rapi, seringkali menghadap ke arah tertentu sesuai dengan kepercayaan setempat untuk menjaga keharmonisan.
Desa Walandi memiliki beberapa situs keramat seperti punden berundak dan sumber mata air yang dianggap suci oleh masyarakat. Tempat-tempat ini sering digunakan untuk upacara adat atau ritual keagamaan. Bangunan-bangunan dan situs ini menjadi bagian penting dari arsitektur desa yang menunjukkan hubungan antara manusia dan alam.
Salah satu legenda yang berkembang di Desa Walandi adalah tentang seorang tokoh sakti yang dipercaya menjadi pendiri dan pelindung desa ini. Tokoh ini dianggap memiliki kekuatan luar biasa dan menjadi pelindung desa dari gangguan luar. Oleh karena itu, desa ini dinamakan “Walandi,” yang berarti “penjaga” atau “pelindung.”
Masyarakat Desa Walandi percaya bahwa beberapa tempat di desa ini, seperti punden berundak dan sumber mata air, memiliki kekuatan spiritual. Tempat-tempat keramat ini diyakini dihuni oleh roh leluhur yang menjaga desa dari segala bentuk bahaya. Ritual dan upacara adat sering diadakan di tempat-tempat ini untuk menghormati leluhur dan menjaga keharmonisan.
Desa ini juga memiliki cerita-cerita yang terkait dengan dewa-dewi dalam mitologi Hindu-Buddha. Misalnya, legenda tentang Dewi Sri sebagai dewi kesuburan yang diyakini memberikan berkah kepada lahan pertanian di desa ini. Kisah-kisah ini menjadi bagian dari tradisi lisan yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Desa Walandi memiliki hubungan historis dan budaya dengan Suku Tengger, yang mendiami kawasan sekitar Gunung Bromo. Keduanya berbagi akar budaya Hindu-Buddha yang kuat, warisan dari masa Kerajaan Majapahit dan Singosari. Nilai-nilai spiritual dan adat-istiadat yang masih dijalankan di Desa Walandi menunjukkan kesamaan dengan tradisi Suku Tengger.
Seperti halnya Suku Tengger yang dikenal dengan upacara Yadnya Kasada di Gunung Bromo, Desa Walandi juga memiliki tradisi upacara adat yang mencerminkan nilai-nilai spiritual dan penghormatan kepada leluhur. Hubungan ini menunjukkan bahwa kedua komunitas tersebut memiliki kesadaran yang kuat akan pentingnya menjaga tradisi dan budaya leluhur.
Kedua komunitas ini tetap mempertahankan kepercayaan dan praktik keagamaan Hindu yang telah ada sejak masa kerajaan. Suku Tengger dan masyarakat Desa Walandi sama-sama menjaga kepercayaan tradisional yang melibatkan pemujaan kepada dewa-dewi, roh leluhur, dan alam.
Desa Walandi berperan penting dalam pelestarian budaya Jawa dan adat-istiadat yang diwariskan dari nenek moyang. Desa ini menjadi contoh bagaimana masyarakat lokal dapat mempertahankan tradisi dan kearifan lokal di tengah modernisasi.
Dengan kekayaan sejarah dan budaya yang dimilikinya, Desa Walandi menjadi sumber edukasi bagi mereka yang ingin mempelajari budaya Jawa dan sejarah Hindu-Buddha di Jawa Timur. Desa ini juga menjadi objek penelitian bagi akademisi dan peneliti yang tertarik dengan studi budaya dan antropologi.
Desa Walandi adalah destinasi wisata budaya yang menarik bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat kehidupan masyarakat Jawa yang masih kental dengan tradisi. Pengunjung dapat menyaksikan upacara adat, arsitektur tradisional, dan situs-situs keramat yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat desa.